15.10.16

Ken dan Peri Gigi

"Sebelum tidur harus gosok gigi dulu." begitu kata ibu setiap malam sebelum Ken naik ke tempat tidur.
"Ah, malas, Bu..."
Sering kali Ken sudah terlalu mengantuk sampai akhirnya tidak mau menuruti ibunya. Sekarang Ken duduk di bangku kelas satu Sekolah Dasar. Gigi depan Ken masih gigi susu, dan semuanya hitam-hitam! Itu karena kebiasaan Ken yang sulit sekali disuruh menggosok gigi. Belum lagi, Ken sangat suka permen dan cokelat.
Suatu pagi, Ken merasa salah satu gigi depannya yang warnanya sudah menghitam itu sedikit goyah. Ken bertanya pada ibu, "Bu, gigi Ken yang ini kok goyang-goyang ya?"
Ibu tersenyum pada putra kecilnya itu, lalu menjawab, "Itu artinya, gigi Ken sudah mau tanggal."
"Loh, nanti Ken jadi ompong seperti Opa dong, Bu?"
Ibu tidak menjawab, dan hanya tersenyum simpul.
Tiga hari kemudian, juga di pagi hari, ibu dan ayah Ken dikejutkan dengan jeritan Ken dari kamar mandi. Mereka yang sedang di ruang makan segera berlari terbirit-birit.
"Ada apa, Ken?"
Ken tersedu-sedu sambil memegangi sikat gigi. Oh, rupanya Ken sedang menyikat giginya, ketika gigi depannya salah satunya tanggal. Ken terkejut karena melihat darah dari gigi yang tanggal. Gigi yang tanggal itu sekarang ada di genggaman Ken.
"Darah itu nggak apa-apa, Ken. Kalau gigi kita tanggal memang akan keluar darah. Gigi kan juga ada akarnya." begitu kata ayah. Ken lega. Ini pertama kalinya ia mengalami penanggalan gigi.
***
Sampai di sekolah, teman-teman menertawai Ken. Karena gigi yang ompong di depan itu terlihat sangat lucu! Apalagi saat Ken tertawa lebar.
Kata Hani, "Hahahaha, Ken jadi seperti Kakeknya Hani!"
"Ahahahaha, sapi ompong!"
Ken sebal sekali. Tapi dia diam saja. Tapi Bu Guru tahu kalau Ken sedang sebal karena diejek teman-temannya. Bu Guru mendekati Ken dan berkata, "Ken, dimana gigi yang tadi pagi tanggal itu?"
Ken tidak menjawab, hanya menggerakkan tangannya ke saku celana pendek merahnya. Saat Ken membuka genggamannya, ada sebutir gigi kehitaman di sana. Bu Guru kembali melanjutkan, "Gigi ini nanti malam Ken letakkan di bawah bantal, ya. Siapa tahu diambil oleh peri gigi dan diganti dengan hadiah."
"Memangnya peri gigi itu ada, Bu?" Ken heran.
"Ya jelas ada, dong! Ken jarang sikat gigi ya?"
Ken hanya menunduk malu ditanyai seperti itu oleh Bu Guru.
"Coba kalau Ken rajin gosok gigi sebelum tidur, kan giginya nggak akan berwarna hitam seperti ini. Kalau giginya hitam begini, memangnya peri gigi masih mau mengambil?"
Ken mengangguk dengan semangat, berharap peri gigi benar-benar ada dan masih mau mengambil giginya untuk menggantinya dengan hadiah.
***
Sesampainya di rumah, Ken menceritakan apa yang dibilang Bu Guru pada ibu. Malamnya, Ken naik ke tempat tidur dengan cepat. Tidak lupa meletakkan giginya di bawah bantal. Tidak lupa juga cuci kaki, cuci tangan, membasuh muka. Eits! Kali ini Ken tidak lupa menggosok gigi.
Ken juga tertidur dengan cepat. Tapi tak lama kemudian Ken terbangun. Ia merasa mendengar percakapan di dekat telinganya. Ketika membuka mata, Ken terkejut setengah mati. Ternyata ada dua peri gigi sedang berusaha mengangkat sedikit bantalnya, untuk mengambil gigi Ken! Peri itu bergaun putih dan di kepalanya ada mahkota berbentuk gigi. Yang satu berbentuk gigi taring, yang lainnya berbentuk gigi seri, dan mereka cantik!
"Hai." bisik Ken.
Whoops! Kedua peri itu terlonjak kaget.
"Jangan takut. Namaku Ken dan aku masih kecil, aku tidak akan jahat pada kalian. Kalian mau kubantu mengangkat bantal?" Ken yang sudah terduduk mengangkat bantalnya dari kasur.
Kedua peri itu menatap bergantian pada Ken dan giginya yang tergeletak di kasur. Mereka terlihat sedikit bersungut-sungut. Lalu peri yang bermahkota gigi taring berkata, "Ken, apa maksudmu memberi kami gigi yang sudah menghitam ini?"
"Bukankah kalian akan mengambil gigi yang tanggal dan menggantinya dengan hadiah?" tanya Ken bingung.
"Ya, biasanya memang seperti itu, kalau kamau beruntung. Tapi kami mengambil gigi yang masih bagus saja. Gigi yang sudah busuk dan bau tidak bisa dipakai lagi, Ken." peri bermahkota gigi seri menjelaskan.
"Ya ampun, Ken. Kamu pasti sangat malas menggosok gigi."
                "Ya, mulutmu pasti sangat bau. Jorok sekali kamu ini."
"Banyak sekali kuman di mulutmu, nafasmu juga akan bau."
"Gigimu banyak yang bolong."
"Kamu akan sering ke dokter gigi karena sakit gigi."
"Ya, ya. Berapa kali kamu menggosok gigi dalam sehari?"
Ken takut menjawab pertanyaan itu, karena kedua peri itu ternyata lebih galak daripada ibu Ken! Sekarang kedua peri itu bahkan memelototi Ken. "S…satu kali sehari, sebelum berangkat sekolah."
Kedua peri cantik itu geleng-geleng kepala, tak habis pikir. "Benar-benar… Ayo, Fiz. Kita harus menunjukkan sesuatu pada tuan muda ini." begitu kata Liz, peri bermahkota gigi seri kepada rekannya. Dengan sekali menjentikkan jari, Fiz mengubah Ken menjadi kecil seukuran mereka. Lalu sesaat kemudian kedua peri itu menggeret Ken ke jendela. Ya, mereka bisa terbang seperti peri-peri lainnya. Fiz, peri bermahkota gigi taring membuka jendela lebar-lebar, dan meluncurlah mereka bertiga ke udara malam.
"Whoaaaa!" Ken menjerit ketakutan. Kedua peri itu memegang piyamanya di bagian pundak.
Fiz dan Liz mengajak Ken terbang melintasi kota, terus terbang ke arah Bukit Krauche, masih terus, sangat jauh. Hingga akhirnya mereka mendarat di depan sebuah gedung putih berbentuk gigi raksasa. Fiz dan Liz mengajak Ken masuk ke sana. Ternyata itu adalah Gedung Pemantau milik para peri gigi. Ada banyak sekali gigi anak kecil yang disimpan di sana. Gedung itu juga digunakan untuk memantau keadaan anak-anak yang sedang dalam pergantian dari gigi susu menjadi gigi dewasa. Pokoknya gedung itu canggih dan hebat sekali! Ken diajak berkeliling gedung.
"Kami para peri gigi sangat menghargai gigi anak-anak. Bagaimana mungkin kamu si pemilik gigi tidak menghargai gigimu?" tuntut Liz.
"Ya. Lagi pula gigi itu sangat keren. Kalau kamu nggak punya gigi, kamu setiap hari harus makan bubur seperti bayi, atau pakai gigi palsu seperti kakek-kakek." tambah Fiz.
"Gigi juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi makhluk hidup."
"Gigi adalah salah satu tulah terkuat manusia."
Wah, Ken tidak pernah tahu kalau gigi seberharga itu. Fiz dan Liz menunjukkan sebuah monitor yang menggambarkan seorang anak perempuan sedang menangis kesakitan. Pipinya yang sebelah kiri membengkak. Ternyata itu karena dia sakit gigi. "Lihatlah, kalau malas sikat gigi, kamu akan bernasib sama dengan anak itu, Ken."
"Aku janji, aku akan rajin sikat gigi mulai sekarang."
Tak lama kemudian, Fiz dan Liz mengajak Ken terbang kembali ke rumahnya. Mereka saling mengucapkan salam perpisahan. Ken memeriksa gigi di bawah bantalnya. "Ah, mungkin Fiz dan Liz benar-benar tidak menginginkan gigiku." begitu pikir Ken. Lalu Ken merebahkan badannya dan tidur.
Satu jam sebelum jam biasanya Ken terbangun, ibu dan ayahnya diam-diam masuk ke kamar Ken. Ayah mengangkat badan Ken dari kasur, sementara ibu mengambil gigi Ken di bawah bantal dan meletakkan sesuatu sebagai penggantinya.
***
"Ibuuu! Ayaaah! Ken dapat hadiah dari peri gigi!" Ken berteriak tepat setelah ia terjaga. Ken mendapati sebuah sikat gigi yang ujung gagangnya berbentuk mobil balap, dan dua pasta gigi masing-masing rasa anggur dan jeruk. Waah! Ken senang sekali! Bahkan ada kertas bertuliskan, "Kamu harus rajin sikat gigi ya, Ken. Minimal dua kali sehari. Dari peri gigi."
Ken langsung menuju kamar mandi untuk mandi dan sikat gigi. Ken tidak tahu kalau itu adalah pemberian dari ibu dan ayah. Tapi Ken tahu, semalam ia memang diajak terbang oleh dua peri gigi bernama Fiz dan Liz.
Sementara itu, di Gedung Pemantau, Fiz dan Liz tersenyum memandang sebuah monitor yang menampilkan gambar Ken sedang menyikat gigi.
"Untung saja kita tidak mengambil giginya, benar kan, Liz?"
"Ya. Kalau tidak, dia akan tahu bahwa cerita peri gigi memberikan hadiah itu bohong."
***

1 komentar:

  1. Hai kak, artikel yang bagus. Lanjutkan terus ya kak.
    Kami dari komunitas blogger sekota Bogor mau ngajakin gabung nih.
    boleh bagi ID Line/whatsapp?

    BalasHapus