"Sebelum tidur harus gosok
gigi dulu." begitu kata ibu setiap malam sebelum Ken naik ke tempat tidur.
"Ah, malas, Bu..."
Sering kali Ken sudah terlalu
mengantuk sampai akhirnya tidak mau menuruti ibunya. Sekarang Ken duduk di
bangku kelas satu Sekolah Dasar. Gigi depan Ken masih gigi susu, dan semuanya
hitam-hitam! Itu karena kebiasaan Ken yang sulit sekali disuruh menggosok gigi.
Belum lagi, Ken sangat suka permen dan cokelat.
Suatu pagi, Ken merasa salah satu
gigi depannya yang warnanya sudah menghitam itu sedikit goyah. Ken bertanya
pada ibu, "Bu, gigi Ken yang ini kok goyang-goyang ya?"
Ibu tersenyum pada putra kecilnya
itu, lalu menjawab, "Itu artinya, gigi Ken sudah mau tanggal."
"Loh, nanti Ken jadi ompong
seperti Opa dong, Bu?"
Ibu tidak menjawab, dan hanya
tersenyum simpul.
Tiga hari kemudian, juga di pagi
hari, ibu dan ayah Ken dikejutkan dengan jeritan Ken dari kamar mandi. Mereka
yang sedang di ruang makan segera berlari terbirit-birit.
"Ada apa, Ken?"
Ken tersedu-sedu sambil memegangi
sikat gigi. Oh, rupanya Ken sedang menyikat giginya, ketika gigi depannya salah
satunya tanggal. Ken terkejut karena melihat darah dari gigi yang tanggal. Gigi
yang tanggal itu sekarang ada di genggaman Ken.
"Darah itu nggak apa-apa,
Ken. Kalau gigi kita tanggal memang akan keluar darah. Gigi kan juga ada
akarnya." begitu kata ayah. Ken lega. Ini pertama kalinya ia mengalami
penanggalan gigi.
***
Sampai di sekolah, teman-teman
menertawai Ken. Karena gigi yang ompong di depan itu terlihat sangat lucu! Apalagi
saat Ken tertawa lebar.
Kata Hani, "Hahahaha, Ken
jadi seperti Kakeknya Hani!"
"Ahahahaha, sapi
ompong!"
Ken sebal sekali. Tapi dia diam
saja. Tapi Bu Guru tahu kalau Ken sedang sebal karena diejek teman-temannya. Bu
Guru mendekati Ken dan berkata, "Ken, dimana gigi yang tadi pagi tanggal
itu?"
Ken tidak menjawab, hanya
menggerakkan tangannya ke saku celana pendek merahnya. Saat Ken membuka
genggamannya, ada sebutir gigi kehitaman di sana. Bu Guru kembali melanjutkan,
"Gigi ini nanti malam Ken letakkan di bawah bantal, ya. Siapa tahu diambil
oleh peri gigi dan diganti dengan hadiah."
"Memangnya peri gigi itu ada,
Bu?" Ken heran.
"Ya jelas ada, dong! Ken
jarang sikat gigi ya?"
Ken hanya menunduk malu ditanyai
seperti itu oleh Bu Guru.
"Coba kalau Ken rajin gosok
gigi sebelum tidur, kan giginya nggak akan berwarna hitam seperti ini. Kalau
giginya hitam begini, memangnya peri gigi masih mau mengambil?"
Ken mengangguk dengan semangat,
berharap peri gigi benar-benar ada dan masih mau mengambil giginya untuk menggantinya
dengan hadiah.
***
Sesampainya di rumah, Ken
menceritakan apa yang dibilang Bu Guru pada ibu. Malamnya, Ken naik ke tempat
tidur dengan cepat. Tidak lupa meletakkan giginya di bawah bantal. Tidak lupa
juga cuci kaki, cuci tangan, membasuh muka. Eits! Kali ini Ken tidak lupa
menggosok gigi.
Ken juga tertidur dengan cepat.
Tapi tak lama kemudian Ken terbangun. Ia merasa mendengar percakapan di dekat
telinganya. Ketika membuka mata, Ken terkejut setengah mati. Ternyata ada dua
peri gigi sedang berusaha mengangkat sedikit bantalnya, untuk mengambil gigi
Ken! Peri itu bergaun putih dan di kepalanya ada mahkota berbentuk gigi. Yang
satu berbentuk gigi taring, yang lainnya berbentuk gigi seri, dan mereka
cantik!
"Hai." bisik Ken.
Whoops! Kedua peri itu terlonjak
kaget.
"Jangan takut. Namaku Ken dan
aku masih kecil, aku tidak akan jahat pada kalian. Kalian mau kubantu
mengangkat bantal?" Ken yang sudah terduduk mengangkat bantalnya dari
kasur.
Kedua peri itu menatap bergantian
pada Ken dan giginya yang tergeletak di kasur. Mereka terlihat sedikit
bersungut-sungut. Lalu peri yang bermahkota gigi taring berkata, "Ken, apa
maksudmu memberi kami gigi yang sudah menghitam ini?"
"Bukankah kalian akan
mengambil gigi yang tanggal dan menggantinya dengan hadiah?" tanya Ken
bingung.
"Ya, biasanya memang seperti
itu, kalau kamau beruntung. Tapi kami mengambil gigi yang masih bagus saja.
Gigi yang sudah busuk dan bau tidak bisa dipakai lagi, Ken." peri
bermahkota gigi seri menjelaskan.
"Ya ampun, Ken. Kamu pasti
sangat malas menggosok gigi."
"Ya, mulutmu pasti sangat bau. Jorok sekali kamu ini."
"Ya, mulutmu pasti sangat bau. Jorok sekali kamu ini."
"Banyak sekali kuman di
mulutmu, nafasmu juga akan bau."
"Gigimu banyak yang
bolong."
"Kamu akan sering ke dokter
gigi karena sakit gigi."
"Ya, ya. Berapa kali kamu
menggosok gigi dalam sehari?"
Ken takut menjawab pertanyaan itu,
karena kedua peri itu ternyata lebih galak daripada ibu Ken! Sekarang kedua
peri itu bahkan memelototi Ken. "S…satu kali sehari, sebelum berangkat
sekolah."
Kedua peri cantik itu
geleng-geleng kepala, tak habis pikir. "Benar-benar… Ayo, Fiz. Kita harus
menunjukkan sesuatu pada tuan muda ini." begitu kata Liz, peri bermahkota
gigi seri kepada rekannya. Dengan sekali menjentikkan jari, Fiz mengubah Ken
menjadi kecil seukuran mereka. Lalu sesaat kemudian kedua peri itu menggeret
Ken ke jendela. Ya, mereka bisa terbang seperti peri-peri lainnya. Fiz, peri
bermahkota gigi taring membuka jendela lebar-lebar, dan meluncurlah mereka
bertiga ke udara malam.
"Whoaaaa!" Ken menjerit
ketakutan. Kedua peri itu memegang piyamanya di bagian pundak.
Fiz dan Liz mengajak Ken terbang
melintasi kota, terus terbang ke arah Bukit Krauche, masih terus, sangat jauh.
Hingga akhirnya mereka mendarat di depan sebuah gedung putih berbentuk gigi
raksasa. Fiz dan Liz mengajak Ken masuk ke sana. Ternyata itu adalah Gedung
Pemantau milik para peri gigi. Ada banyak sekali gigi anak kecil yang disimpan
di sana. Gedung itu juga digunakan untuk memantau keadaan anak-anak yang sedang
dalam pergantian dari gigi susu menjadi gigi dewasa. Pokoknya gedung itu
canggih dan hebat sekali! Ken diajak berkeliling gedung.
"Kami para peri gigi sangat
menghargai gigi anak-anak. Bagaimana mungkin kamu si pemilik gigi tidak
menghargai gigimu?" tuntut Liz.
"Ya. Lagi pula gigi itu
sangat keren. Kalau kamu nggak punya gigi, kamu setiap hari harus makan bubur
seperti bayi, atau pakai gigi palsu seperti kakek-kakek." tambah Fiz.
"Gigi juga bisa digunakan
untuk mengidentifikasi makhluk hidup."
"Gigi adalah salah satu tulah
terkuat manusia."
Wah, Ken tidak pernah tahu kalau
gigi seberharga itu. Fiz dan Liz menunjukkan sebuah monitor yang menggambarkan
seorang anak perempuan sedang menangis kesakitan. Pipinya yang sebelah kiri
membengkak. Ternyata itu karena dia sakit gigi. "Lihatlah, kalau malas
sikat gigi, kamu akan bernasib sama dengan anak itu, Ken."
"Aku janji, aku akan rajin
sikat gigi mulai sekarang."
Tak lama kemudian, Fiz dan Liz
mengajak Ken terbang kembali ke rumahnya. Mereka saling mengucapkan salam
perpisahan. Ken memeriksa gigi di bawah bantalnya. "Ah, mungkin Fiz dan
Liz benar-benar tidak menginginkan gigiku." begitu pikir Ken. Lalu Ken
merebahkan badannya dan tidur.
Satu jam sebelum jam biasanya Ken
terbangun, ibu dan ayahnya diam-diam masuk ke kamar Ken. Ayah mengangkat badan
Ken dari kasur, sementara ibu mengambil gigi Ken di bawah bantal dan meletakkan
sesuatu sebagai penggantinya.
***
"Ibuuu! Ayaaah! Ken dapat
hadiah dari peri gigi!" Ken berteriak tepat setelah ia terjaga. Ken
mendapati sebuah sikat gigi yang ujung gagangnya berbentuk mobil balap, dan dua
pasta gigi masing-masing rasa anggur dan jeruk. Waah! Ken senang sekali! Bahkan
ada kertas bertuliskan, "Kamu harus rajin sikat gigi ya, Ken. Minimal dua
kali sehari. Dari peri gigi."
Ken langsung menuju kamar mandi
untuk mandi dan sikat gigi. Ken tidak tahu kalau itu adalah pemberian dari ibu
dan ayah. Tapi Ken tahu, semalam ia memang diajak terbang oleh dua peri gigi
bernama Fiz dan Liz.
Sementara itu, di Gedung Pemantau,
Fiz dan Liz tersenyum memandang sebuah monitor yang menampilkan gambar Ken sedang
menyikat gigi.
"Untung saja kita tidak
mengambil giginya, benar kan, Liz?"
"Ya. Kalau tidak, dia akan
tahu bahwa cerita peri gigi memberikan hadiah itu bohong."
***
Hai kak, artikel yang bagus. Lanjutkan terus ya kak.
BalasHapusKami dari komunitas blogger sekota Bogor mau ngajakin gabung nih.
boleh bagi ID Line/whatsapp?