27.9.17

We Accept The Love We Think We Deserve



Kalender terus bergeser mendekati akhir bulan September. Musim penghujan yang seharusnya datang di bulan Oktober sepertinya memutuskan untuk tiba lebih cepat. Hampir setiap hari rumput liar kebasahan. Buah-buahan di pasar tidak lagi kering dan keriput, karena pohonnya sudah terpasok air.

Bicara tentang musim penghujan, aku teringat akan kebiasaan lama ketika masih tinggal di Kota Hujan, Bogor. Ketika pulang sekolah dan hujan turun, yang ku lakukan setelah mandi adalah berpelukan dengan selimut dan bantal, atau termenung memandang curahan air hujan dari balkon kamar yang tak luas. Ya, akrab dengan kata galau. Galaunya anak SMA apa sih? Nggak jauh-jauh dari urusan cinta monyet. 

Sejujurnya, aku adalah tipe cewek yang mudah jatuh cinta, mudah kagum sama orang lain, dan seringkali membawa perasaan dalam berbagai hal. Tapi aku juga tipe cewek yang cepat move dan melupakan patah hati yang terjadi ke aku. Hmm. Move on paling lama yang pernah aku alami yaa sekitar 4 tahun. Yang lainnya? 4 bulan pun ada 😁😆

Buat kamu (terutama cewek) yang lagi patah hati, belum bisa move dari mantan pacar, mantan gebetan, atau mantan bakal calon gebetan, aku punya beberapa tips yang mungkin bisa membantu kamu.

1. Olahraga
Believe it or not, olahraga bisa jadi salah satu cara untuk melupakan kesedihan. Berolahraga dipercaya dapat meningkatkan mood, menurunkan "hormon stress" yaitu kortisol, dan meningkatkan hormon endorphin, yang merupakan "hormon kebahagiaan". Selain itu, saat berolahraga kamu bisa meluapkan kesedihan atau kemarahan kamu. Misalnya dengan cara "talk to your inner self", seperti semacam "kenapa sih lo begini? Udah lupain aja. Mungkin dia emang bukan yang terbaik buat lo." Bukankah ini cara meluapkan yang positif? Untuk sekadar berbagi pengalaman, saat masih di Jogja, dikala ku galau, aku selalu bersepeda keliling kota (nggak ding, nggak keliling kota juga).

2. Lakukan Hobimu, Keluar dari Kamarmu
Orang galau identik dengan mengurung diri di kamar berjam-jam. Don't ever do this. Do something that please you. Tapi hal-hal yang positif ya! Do something that we love will never make it boring, right? Kalau hobi menggambar, ya kamu bisa keluar dari kamar, jalan-jalan ke taman kota dan bikin beberapa quick sketch. Kalau hobi membaca, ya kamu bisa pergi ke toko buku, walaupun kamu sebenarnya nggak pengen beli buku. Ketika ku galau, aku suka ke toko buku, walaupun aku nggak selalu beli buku. I love the smell of those sealed books. Karena aku juga hobi jalan-jalan, ketika ku galau aku akan jalan-jalan di sepanjang Malioboro Street. Talk to some strangers, foreigner tourists, watching people enjoy their day.

3. Sisakan Cinta untuk Dirimu
Seringkali saat patah hati, kita menyalahkan diri kita sendiri. "Bego sih lo" atau "lagian ngapain sih lo ngelakuin hal bodoh seperti itu?" atau "memang lo nggak cukup baik buat dia" dan kalimat-kalimat menyalahkan diri sendiri akan muncul secara otomatis. Berdamailah sama dirimu, sisakan cinta buat dirimu sendiri. Jangan berikan semuanya ke orang lain. Kalau kamu sendiri nggak mencintai dirimu, bagaimana orang lain akan mencintai kamu? Kalimat-kalimat menyalahkan diri sendiri akan merusak jiwamu, loh. Manusia cuma punya satu tubuh dan satu jiwa, kamu harus sayangi mereka. Ibuku selalu bilang, sebelum menikah, jangan pernah mencintai orang 100%. Cukup 80% atau 75% saja, karena sisanya akan aku butuhkan untuk bangkit ketika barangkali aku jatuh.

4. Hang Out
I am the type of person that so damn love my me time. Aku suka jalan-jalan sendiri, makan sendiri, cari buku sendiri, olahraga sendiri. Bukan hal yang sulit buatku. Mungkin buat beberapa orang, ngapa-ngapain sendirian di saat patah hati justru bikin makin tertekan. Kalau ini yang terjadi, kamu bisa ajak temen-temen sepermainan buat hang out. Ngopi-ngopi cantik atau sekadar ngumpul di kosan salah satu teman bisa jadi alternatif. Don't let the sadness embraces you.

5. Move Up!
Kenapa move up? Kenapa bukan move on? Ingat lagi, kenapa kamu patah hati? Putus cinta? Nembak orang terus ditolak? Gebetan kamu ternyata udah tunangan? Kembalikan hatimu kepada yang Maha Memiliki, Allah 'azza wa jalla. Perkuat habluminallah, garis vertikalmu kepada Tuhanmu jangan sampai terputus. Itulah kenapa aku sebut "move up", karena kalau move on, kamu akan kembali patah hati nggak lama lagi. Nggak ada tempat bergantung yang lebih baik daripada Sang Pencipta, karena Dia lah yang juga menciptakan rasa cinta maupun rasa sakit yang kamu rasakan itu.

6. Berdamai
Berdamailah dengan orang yang menjadi penyebab patah hatimu. Berdamailah dengan dirimu juga, dan berhenti menyalahkan siapa pun. Mungkin berdamai dengan orang yang menjadi penyebab kesedihanmu nggak akan mudah, pasti butuh waktu. But you have to face it. Masalah nggak akan selesai dengan mudah kalau hanya lewat chat, SMS, atau telepon. Temui dia, ajak dia makan di tempat yang nyaman, bicarakan masalah kalian balik-baik. This is how adults solve problems. Jangan lari begitu aja setelah mengirim chat-chat yang nantinya akan kamu sesali. Kata orang bijak, "Jika kamu marah, maka diamlah. Karena marah adalah bisikan setan." So, don't ever make a decision because of some temporary feelings.

7. Terima Cinta di Sekelilingmu
"We accept the love we think we deserve" itu adalah sebuah line dari film The Perks of Being.... being what? Sorry, I forget the last word 😂 Yang aku sadari dari kalimat ini adalah bahwa masing-masing kita adalah idola bagi seseorang. Everybody deserve to be loved. Cinta yang dimaksud di kalimat ini nggak melulu tentang cowok atau cewek baru yang suka sama kamu. Cinta di sini bisa aja dari seorang anak kecil yang tinggalnya jarak lima rumah dari rumahmu, dan sering ngajak kamu ngobrol. Cinta itu bisa datang dari kucing jalanan yang tiap sore nempel ke kakimu, tapi kamu acuhkan. Terkadang kita terlalu fokus untuk mendapatkan cinta dari seseorang, padahal selama ini kita dilingkupi cinta dari banyak orang, yang jarang kita sadari keberadaannya. You deserve to be loved. If not by him/her/them, then by some other people.


Jadi itulah beberapa tips yang bisa aku kasih buat kamu yang belum bisa move dari rasa sakit di hati. Semuanya pure dari pengalamanku sendiri selama hidup hampir 23 tahun. Ada yang memang terjadi ke aku, ada yang aku ambil dari kisah teman sebagai pelajaran. Oh iya, yang terpenting dari semuanya adalah melupakan rasa sakit hati itu, karena perasaan semacam itu akan merusak diri kamu sendiri, hati kamu, juga jiwa kamu. Semangat!

6.9.17

Mengenalmu


Aku belajar mengenalmu pada sebuah perjalanan
Perjalanan yang melelahkan dan menyebalkan
Tapi waktu bergulir begitu saja kala kita mempelajari sesuatu yang menyenangkan, bukan?
Beruntunglah aku hidup di antara kecanggihan zaman
Hingga aku dan kamu tak perlu saljng bertatapan
Jika hanya ingin menjalin pertemanan

Aku belajar mengenalmu pada sebuah perjalanan
Tapi aku bukanlah sosok yang kamh impikan
Jadi buat apa pula segala perasaan?
Rasa-rasanya telah salah ku mengambil jalan
Namun perjalanan harus tetap diteruskan
Walaupun melelahkan
Meskipun menyebalkan
Karena akulah yang telah mengambil pilihan
Ya, kan?

27.8.17

Dan Si Bodoh Itu pun Jatuh Cinta Lagi


"Lo ngerti nggak sih kalo jodoh itu cerminan dari diri kita sendiri?"

"Ya, terus kenapa?"

"Sampe kapan lo mau kayak gini sih? Lo mau punya jodoh yang gampang suka gampang lupa juga?"

"...."

Percakapan itu masih gue ingat dengan jelas. Dia adalah cewek yang open, gampang kebawa perasaan, suka ge-er sendiri, dan gampang mengagumi seseorang. Bakalan berbahaya kalo dia ketemu orang yang salah. Bakalan lebih berbahaya kalo dia nggak segera menghilangkan kebiasaan dia itu, gampang suka sama orang. Gue sebagai cowok ngerti banget sama niat jelek cowok kalo ketemu cewek kayak dia. Tipe cewek yang mudah jatuh cinta dan dengan cukup cepat bangkit lagi. Entah udah berapa kali si bodoh itu membangun ulang perasaannya dan menata hatinya. 

Bertahun-tahun berlalu sejak percakapan di stasiun ketika menunggu kereta ekonomi berjendela tanpa kaca itu. Berkali-kali setelahnya (gue yakin) juga dia membangun kembali perasaannya yang rontok karena patah hati. Kenapa sih ada cewek kayak gitu? Kapan dia kapoknya?

Tapi sekarang yang gue lihat, dia menenun sebuah tirai tipis untuk membatasi dirinya dari hal-hal yang (mungkin) membahayakan hatinya. Kenapa nggak sekalian tembok bata aja sih? Gue cuma pengen dia punya self-defense terhadap hal-hal yang bahaya buat (hati) dia.

Setidaknya, karena kita jarang banget ketemu, gue jadi nggak perlu harus mendengarkan cerita-cerita patah hatinya dia, atau cerita-cerita tentang cowok gebetannya. Jadi gue nggak perlu ngomel-ngomel ke dia. Sejujurnya, sejak dulu, sebelum dia buka mulut buat curhat, gue selalu paham apa yang mau dia ceritakan. Setelah satu atau dua kalimat, gue tau seperti apa akhirnya. Selalu.

"Sejujurnya, susah banget buat ngilangin sifat kayak gini..."

Tanpa dia ngomong pun gue udah tau, kalo si bodoh itu jatuh cinta lagi...

10.8.17

Kutukan Jomblo Kost Princess


Aku baru saja membuka pintu kamar kost ku ketika kudengar suara teriakan histeris dari kamar sebelahku, kamar Mbak Ika. Segera saja aku ke kamarnya dan ku buka pintu kayu model lama itu. Mbak Ika sedang terduduk lesu di lantai sambil memegang handphone nya. Matanya basah dan pipinya bersimbah air mata.
            “Mbak?? Kamu kenapa???” segera ku hampiri teman kost yang dua tahun lebih tua daripada aku itu.
            “Huhuhu... Aku putus sama Galang, Ya...” katanya sambil terus tersedu. Sekarang ia memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya. Yah, lagi-lagi kasus putus cinta terjadi di Kost Princess ini. Sebelumnya, Mbak Kinan, kemudian disusul Mbak Ren dan Mbak Meta. Terakhir Mbak Ika.
            “Jadi gimana ceritanya, Mbak? Bukannya kamu sama Mas Galang baik-baik aja selama ini?” tanyaku lirih. Masih takut pertanyaan ini membuat Mbak Ika makin sedih, but I can’t bear with my curiousity.
            “Jadi...Jadi sebenernya selama ini tuh orangtuanya Galang nggak setuju kalo Galang pacaran sama aku. Alasannya karena aku orang Sumatera. Konyol kan?? Where the hell are they come from? Hari gini masih rasis aja... Lagian aku kan cuma pendatang juga di Palembang. Aku aslinya juga orang Jawa Tengah kok. Why this have to happen to me Gooooood...  Whyyyyy.........” dia bercerita sambil sesunggukan dan meratap. Aku harus setengah mati menahan tawa melihat tingkahnya yang over reacted itu. Sekarang badannya merosot di lantai di posisi tengkurap.
            “Assalamu’alaikum. Mbak Ikaaaa.” terdengar suara Mbak Ren, baru saja pulang.
            “Wa’alaikumussalam.” jawabku dan Mbak Ika.
            Tampak wajah Mbak Ren di celah daun pintu yang terbuka. Dengan wajahnya yang tetap datar ia bertanya “kamu kenapa” pada Mbak Ika. Mbak Ika dengan mata yang masih basah menjawab tanpa suara, hanya mulutnya saja yang bergerak mengucapkan kata “putus”. Dua detik hening, kemudian sontak Mbak Ren tertawa terbahak-bahak.
            Dengan ekspresi evil-nya dan kedua telapak tangan mengepal senang, Mbak Ren yang memang vokalis band itu menggelakkan tawa menggelegar, “HAHAHAHA YESSS! AKU ADA TEMENNYA JOMBLO SATU LAGI HAHAHAHAHAHA!!!”
            Aku dan Mbak Ika berpandang-pandangan, mengulum senyum lalu ikut terbahak-bahak. “Kalian sadar nggak sih kalo di kosan ini yang masih belum jomblo cuma Endry?” celetuk Mbak Ren setelah tawa kami reda.
            “Iya ya... Kapan putusnya itu anak ya?” Mbak Ika menimpali.
---
            Aku jadi teringat kejadian sekitar sebulan yang lalu. Tiba-tiba Mbak Meta yang kamarnya di seberang kamarku, mendadak keluar kamar setelah seharian mengurung diri. Matanya bengkak. Baru saja aku membuka mulutku untuk bertanya apa yang terjadi pada matanya, ia menyambar sambil berlalu menuju dapur, “Ra sah takon. Nyong nembe putus, Ya. Putus... Putus temenan kiye... Huhuhuhu....” (Nggak usah tanya. Aku baru putus, Ya. Putus... Putus beneran ini... Huhuhuhu....)
            “Ya ampun...” gumamku.
            Mbak Meta membasuh wajahnya di wastafel, kemudian mengeringkannya. “Wisnu selingkuh maning. Aku udah capek. Capek beneran.” dia membalikkan wajahnya menghadap padaku.
            Aku mendecakkan lidah mendengar alasan putusnya. “Cowok selingkuh mah tinggalin aja Mbak, ngapain dipertahanin. Udah, nggak usah ditangisin juga. Mbak Meta udah bener kok dengan mutusin dia. Masih banyak cowok lain yang lebih baik daripada Wisnu itu.”
            “Iya. Tapi memangnya yang lebih baik dari dia mau sama aku?” jawabnya sedikit ketus, sambil berjalan menuju kamarnya kemudian mulai mengurung diri lagi. Aku hanya mengedikkan bahu melihat tingkahnya.
---
            Mundur lagi beberapa bulan sebelumnya, Mbak Kinan yang kamarnya di lantai atas pulang dari KKN di daerah Jawa Timur. Jelas kami se-kost menyambutnya dengan meriah karena PASTI dia bawa makanan. Benar saja dia membawa sekardus rambutan yang ia panen dari Pati, kampung halamannya. Kemudian yang terjadi adalah tentu saja aku, Ocha, Icha, Mbak Meta, Mbak Fidya, Tiwi, dan Mbak Ren melingkar di depan televisi 14 inch di lantai dua sambil menggasak buah rambutan sekardus itu.
            “Panen sendiri, Mbak?” tanya Mbak Ren.
            “He eh.”
            “Berarti mudik? Ketemu pacar dong?” tanya Tiwi.
            Tangan Mbak Kinan yang tengah mengupas kulit rambutan mendadak berhenti. Ia termenung sebentar. “Mantan maksudnya?” ia justru bertanya balik.
            “HAH??? Kamu putus, Kin??” tanya Mbak Fidya histeris.
            “Iya, Fid.... Hahahaha....ha... Hngggggg..... Aku putus.... Hnggg.....” keluhnya sambil mengerang dengan nada sedih yang biasa disuarakan cewek saat sedih. Wajahnya yang manis dihiasi kerut-kerut aneh karena ekspresi yang dibuatnya.
            “Ya ampun, Kin. Kalian kan pacaran udah lama banget, dari zaman SMP, jaman ra penak. Udah tujuh tahun kan?” (Ya ampun, Kin. Kalian kan pacaran udah lama banget, dari zaman SMP, zaman nggak enak. Udah tujuh tahun kan?)
            “Iya, Fid. But this is unbearable. Dia tuh cemburu pas aku KKN. Ya you know lah ya pas KKN kan otomatis aku nggak ada banyak waktu sama dia, sedangkan aku di sana juga banyak temen cowok. Aku paham sih kalo dia minta putus dari aku.” Mbak Kinan kembali melanjutkan mengupas rambutan.
            Ya ampun, batinku.
---
            “Yaudah, Mbak Ika. Sekarang kamu gunakan waktu kamu buat memperbaiki diri aja. Siapa tau nanti malah jodoh yang nggak disangka-sangka cepet datengnya.” Ocha –kembarannya Icha menasehati dengan bijak setelah ia mendengar Mbak Ika baru saja putus.
            “Iya, Cha... Galang itu emang pernah bilang kalo dia suka sama cewek yang pake jilbabnya syar’i.” keluh Mbak Ika.
            “TUUUH KAAAAN....” sontak aku, Ocha dan Icha berseru.
            Aku baru menyadari, banyak sekali hal yang bisa dijadikan excuse bagi seseorang untuk putus. Mungkin remaja dan dewasa muda zaman sekarang jauh lebih kreatif daripada remaja dan dewasa muda tahun 80an. Zaman sekarang gampang banget bikin alasan untuk putus, ya katanya nggak mau pacaran melainkan pengen langsung nikah, ya nggak kuat LDR, ya fokus kuliah, ya kucingnya mati jadi dia sedih dan nggak mau melampiaskan kesedihan ke pacarnya, blablabla...
            Aku sendiri sudah hampir lima tahun berhenti pacaran. Bukannya nggak ada yang suka atau deketin. Ada sih, tapi buat apa kalo mereka cuma datang dan pergi begitu aja? Buang-buang waktu menurutku. Memangnya masalah kalo nggak punya pacar? I mean, hey, life must go on, right? Take it or leave it.
            “Yaaa. Griyaaa.” suara  Tiwi yang memanggilku dari lantai dua membuyarkan pikiranku.
            “Kenapa Wi?” aku balas berteriak dari dalam kamar.
            “Main sambung lagu sini di atas sama Kak Ren, aku, Kak Livia, sama Anya.”
            “Okay. Wait me.
---
            “Hidup tanpa cinta bagai taman...”
            “...tak berbunga...”
            “Haai begitulah kata para pujangga...”
            “Ooh begitulah, eh kata para pujanggaaa....”
            Kami berlima bernyanyi dan menggoyangkan tangan nggak karuan di dalam kamar Tiwi yang hanya menyisakan ruang kosong 2x1,5 meter itu. Maklum, Tiwi adalah mahasiswi Tata Busana. Di kamarnya sudah ada satu mesin jahit, dua rak, satu kasur, satu lemari dan satu meja. Terhitung cukup padat.
            “Serrrr.... Digoyang yoook... Eh, eh, eh...” Mbak Livia mulai beranjak dari duduknya karena terlalu menjiwai nyanyiannya.
            “Wuhuuu...”
            “Kak Livia semangat banget jogetnya sampe berdiri gitu....” Ocha mengomentari.
            Mbak Livia malah sibuk mencari sesuatu di tempat ia duduk. Kemudian ia memandangi kami semua. “Aku ngedudukin jarum pentulmu, Wi.” katanya pada Tiwi sambil memperlihatkan selusin jarum pentul yang ia cabut dari celana jins bagian belakangnya.
            Sontak kami semua tergelak tanpa terkendali. “Hahahahaha aku kirain kamu mau joget loh tadi itu, Liv. Taunya mau berdiri gara-gara pantat ketusuk jarum pentul, hahahahaha.” Mbak Ren terbahak-bahak. Cukup lama sampai akhirnya kami bisa menutup kembali kotak tertawa kami. Lalu kami memutuskan untuk berganti permainan, karena sudah mulai bosan dan lagi semua wajah sudah penuh dengan coretan putih bedak bayi.
            “Main poker aja yuk.” usulku. Semua menyetujuinya, dan akhirnya kami kembali melingkar. Kali ini di ruang terbuka, di dekat tempat jemuran yang cukup lapang. Kami menggelar karpet plastik, kemudian duduk di atasnya, bermandikan kegelapan malam yang kebetulan sedang cukup hangat. Bintang gemintang di langit Jogja tampak jelas. Tumben bintang yang bertaburan banyak malam ini. Tapi tetap saja, sumber penerangan kami untuk melihat kartu hanya lampu 5 watt yang terpasang di depan pintu balkon ini.
            “Kenapa sih di kost ini bisa-bisanya semua orang jomblo?” Tiwi mengeluarkan kartu wajik berangka 10.
            “Kecuali Mbak Endry.” ralatku sambil memilih kartu mana yang akan ku keluarkan.
            “Paling bentar lagi juga putus.” tukas Anya sambil meneguk es coffeemix nya.
            “Hus. Doain orang yang baik-baik dong, Nya.” seperti biasa, Ocha memberi nasehat.
            “Kost ini punya kutukan, kali. Kutukan jomblo.” sambar Mbak Ren seraya menunjukkan kartu wajik berangka 2. Ah, batal sudah rencanaku. Too fast, sist.
            Kami semua terdiam, saling berpandangan berganti-gantian. Lalu kami semua tertawa lagi. Konyol. But that is so possible, dude. Princess’s single curse.

            “Nah! Iya! Ini pasti kutukan dari ibu kost. Biar kita nggak pacaran terus. Bukannya ini justru kutukan yang baik? Lagian pacaran kan malah bikin maksiat. Kemungkinan untuk berbuat dosa makin besar kalo kita punya pacar. Right? Ambil aja sisi posiifnya. Kalo aku sih, semakin banyak mantan semakin malu. Apa kata suamiku nanti? Kasihan kalo suamiku udah menjaga dirinya dan hatinya sedangkan aku enggak.” Aku memecah keheningan. Kukeluarkan kartu Queen sekop sambil memamerkan cengiranku pada semuanya. Itu kartu terakhirku. I win.

8.8.17

Daun Musim Gugur dan Angin Musim Semi


Aku adalah angin, dan kamu adalah sepucuk daun musim gugur.
Di antara sekian banyak daun di musim semi,
kamu adalah daun musim gugur.
Tetapi angin datang tanpa mengenal musim.
Begitulah kita bertemu.
Tanpa saling sapa.
Ah... Jangankan bertegur sapa.
Menatapmu pun aku segan.

Aku adalah angin, dan kamu adalah
sepucuk daun musim gugur
yang tumbuh di musim semi.
Aku si angin,
datang dengan hangat,
namun kamu si daun,
Tetap dingin.
Tak bergeming.

Kemudian membuatku bertanya-tanya,
"Mungkinkah si daun musim gugur keliru menumbuhkan diri,
Ataukah si angin
telah
menyapa
daun
yang
Salah?"

31.7.17

I'm not that kind of person

It's been quite long since my last post here. Well, i was hardly manage my time between thesis, social life, and sleep hahaha. Sorry. Yet not much people want to read my posts tho.

On July 6th I had my thesis defense and that was uh... bad actually. All the answer I had prepared the night before were gone to everywhere but my brain 😂
Sedih sih karena itu dilihat sama dosen pembimbing daku.... Tapi itu dah lewat sih jadi yaaa.... ya sudah.

Kemudian masa-masa revisian yang lamaaaa banget hampir sebulan pun sudah berakhir. 53 poin pertanyaan dari dosen penguji sudah terjawab dan lembar pengesahan sudah ditandatangani. Yes!

Yudisium bulan Juli tentu saja telah terlewat olehku. Karena hari ini hari yudisium, and I haven't printed my thesis yet. Yah. Gue ikut yudisium bulan Agustus, walaupun dosen pembimbing yang baiknya minta ampun udah sampe nelfon, ngechat, menyemangati tiada henti supaya gue yudisium bulan Juli.

Tapi ya emang dasar keras kepala sih ya, Pak, anak bimbinganmu ini. Kalo udah menetapkan hati ya susah diganggu gugat.
Beberapa temen berusaha sampe sakit lelah capek dan sebagainya demi yudisium bulan Juli. Kenapa gue enggak? Karena I'm not that kind of person. Kenapa orang lain sebelum sidang nyari-nyari temen yang pengujinya sama kemudian minta list pertanyaan sidang sedangkan gue enggak? Because I'm not that kind of person. Ada temen yang membuat abstrak berdasarkan abstrak jurnal yang diterbitkan jurusan. Kenapa gue nggak kepikiran kayak gitu? Yea, I'm not that kind of person.

Jangan bilang gue bego plis, bilang aja gue agak naif 😂😂😂

Kenapa cewek lain kalo sama cowok bisa jaim sedangkan gue enggak? Yah... kalo yang ini emang salah sih. I'm still trying to be that kind of person.

Jadi poin dari post ini apa?
Cuma mau bilang aja, kamu nggak bisa memaksa dirimu jadi seperti orang lain secara nggak natural. Bisa sih kalau secara natural, tapi harus diawali dari "Ih gue butuh jadi kayak dia nih." Nah, kebutuhan itulah yang mendasari perubahan. Kalau kamu nggak butuh, apa iya kamu akan berubah? Harus sadar dulu baru bisa berubah. Kalo nggak sadar-sadar, hmm... coba siram air.

20.3.17

Everybody's Changing

Setelah segala macam revisi bab 1-3, produk LKS dan RPP, lembar validasi ke dosen ahli, akhirnya gue memutuskan untuk menulis lagi di sini. Yah... walaupun nggak banyak yang bisa gue ceritain, selain kesibukan skripsi, main Disney TsumTsum, dan acara di komunitas One Piece lovers. IYA. One Piece lovers. One Piece yang kartun bajak laut itu. Ada masalah? :)

Komunitas itu sebenernya orang-orangnya "gue banget". Lucunya, gue merasa agak aneh ada di tengah-tengah orang yang sebenernya "gue banget", sedangkan gue udah bukan gue yang dulu. You know.... everybody's changing. Entah itu disadarinya atau engga. Gue sadar gue berubah. Nggak se-petakilan, se-cablak, dan se-blak-blakan dulu. Iya, sebenernya itu gue banget, dulu. Sekarang udah lain. Kadang gue takut orang-orang di sekitar gue nggak bisa menerima gue yang sekarang. Temen-temen deket gue, misalnya....

Back then, ada seorang adik tingkat nanya ke gue, "Mbak, ini udaranya lagi panas loh. Kamu nggak kepanasan apa, pake baju sama kerudung kayak gitu?" And I thought, "My God!!!! This question is the same question I whispered in my heart about three years ago." Gue sama sekali nggak nyangka kalo pertanyaan itu ternyata balik juga ke gue. IYA. Gue juga bertanya-tanya hal yang sama pas liat mbak-mbak berjilbab besar dan bergamis, dulu, pas gue masih hobi pake celana jeans. "Emangnya mereka ngga kepanasan ya? Itu jilbab tebel banget gitu pula." Amazingly, no. Gue nggak kepanasan sama sekali. Aneh ya? Iya. Gue juga merasa aneh... Tapi waktu itu gue sadar, dan gue ngomong ke diri gue sendiri, "Elo tuh udah bukan elo yang dulu di beberapa hal. Tapi masih tetep elo di beberapa hal yang lain." Some things are meant to be changed, but some others meant to be still the same.

Balik ke komunitas yang di awal gue ceritain, gue sebenernya shock sih ketemu dan mengenal mereka yang dateng dari berbagai latar belakang, pekerjaan, kesibukan, sifat, dan tingkah yang beragam banget menurut gue. Disuruh kerja bareng mereka selama kurang lebih 5 bulan ternyata lumayan menguras hati wkwk. Iya, hati. Selama ini gue jarang ada kesibukan sama anak-anak luar kampus. Biasanya kalo sekampus kan kurang lebih ya pemikirannya sama lah kira-kira. Beda dikit-dikit doang. Lah ini. Kenal baru bentar, kadang makan hati juga wkwk.

Tapi setelah acara selesai.... "Damn. Acara kita udah selesai nih? Seriusan? Kok berasa ada yang hilang ya?"

Bener kata orang, bahwa kita bis menghargai sesuatu jika sesuatu itu pergi...

Yang gue suka dari orang-orang ini adalah mereka nggak ngomong yang macem-macem ke gue yang baru belajar untuk hijrah ini. Mereka nggak komentar miring tentang gue, nggak nge-judge gue juga misal kayak "Eh elo kan udah berjilbab gede, kok lo masih mau sih dibonceng cowok?" gitu.

Di masa-masa usia gue sekarang ini gue sadar, bahwa gue akan banyak ketemu sama temporary people. Orang-orang yang datang dalam hidup gue, tapi cuma bentar, mereka akan pergi dan gue nggak tau kapan bakalan bisa ketemu mereka lagi. Ya, sekali lagi, everybody's changing. Elo gak bisa menuntut temen lo untuk berpikiran dan bertingkah sama kayak dia yang lo kenal 5, 4, 3, 2, atau 1 tahun lalu. Karena perubahan nggak kenal waktu.